Kesempatan Kedua, Untukku ?
Setumpuk koran usang dengan lipatan di ujung kiri
Tak lagi bernilai seperti ketika harapan setiap insan
Yang terpekik nalar pendek penuh keegoisan
Layaknya aku, ketika beretorika dengan waktu
Terombang-ambing di tengah badai
Lepas kendali, menerjang arus ketidakpastian
Karam, di tengah matinya jati diri seorang manusia
Tak bisa dipungkiri, aku memang bodoh
Sebuah gunung tertinggi yang pernah kudaki bahkan telah runtuh
Hanya karena setitik noda hitam di dekat saku kiri
Dengan sekali hembusan yang bertahan tiga hari
Ini adalah piluku, olehku
Aku tak tahu harus bagaimana
Entah sampai kapan lebam ini terus kusembunyikan
Dari orang-orang baru
Dan bahkan dari diriku sendiri
Aku teringat secercah cahaya
Tidak ada tempat untuk bersembunyi
Tidak ada tempat untuk takut
Kau bukan ayam dalam kandang!Bangun dan hadapi!
Aku belajar dari seekor kuda liar
Yang tak bersembunyi di balik sekat-sekat
Tapi bergejolak melukiskan kisah-kisah baru
Dan melupakan pilunya diasingkan
Sejenak aku terdiam
Tidak ada orang yang berjalan mundur
Dan tidak ada orang yang mau ditinggalkan
Lalu, untuk apa aku terus tenggelam?
Sebuah gong ringkih telah ditabuh
Disusul pelita obor yang telah dihidupkan
Dan Lembaran putih siap untuk menerima kisahnya
Mungkin ini adalah waktunya, Kesempatan kedua untukku...
Puisi by adifani
Setumpuk koran usang dengan lipatan di ujung kiri
Tak lagi bernilai seperti ketika harapan setiap insan
Yang terpekik nalar pendek penuh keegoisan
Layaknya aku, ketika beretorika dengan waktu
Terombang-ambing di tengah badai
Lepas kendali, menerjang arus ketidakpastian
Karam, di tengah matinya jati diri seorang manusia
Tak bisa dipungkiri, aku memang bodoh
Sebuah gunung tertinggi yang pernah kudaki bahkan telah runtuh
Hanya karena setitik noda hitam di dekat saku kiri
Dengan sekali hembusan yang bertahan tiga hari
Ini adalah piluku, olehku
Aku tak tahu harus bagaimana
Entah sampai kapan lebam ini terus kusembunyikan
Dari orang-orang baru
Dan bahkan dari diriku sendiri
Aku teringat secercah cahaya
Tidak ada tempat untuk bersembunyi
Tidak ada tempat untuk takut
Kau bukan ayam dalam kandang!Bangun dan hadapi!
Aku belajar dari seekor kuda liar
Yang tak bersembunyi di balik sekat-sekat
Tapi bergejolak melukiskan kisah-kisah baru
Dan melupakan pilunya diasingkan
Sejenak aku terdiam
Tidak ada orang yang berjalan mundur
Dan tidak ada orang yang mau ditinggalkan
Lalu, untuk apa aku terus tenggelam?
Sebuah gong ringkih telah ditabuh
Disusul pelita obor yang telah dihidupkan
Dan Lembaran putih siap untuk menerima kisahnya
Mungkin ini adalah waktunya, Kesempatan kedua untukku...
Puisi by adifani
Posting Komentar