Puisi : Hujan
Oleh : Ahmad Adifani
Hujan
Ketika langit merah melambai semu
Disusul gelapnya malam dari sisi yang lain
Dan disaat itu pula aku duduk di sisimu
Dibalut riuhnya gemericik air hujan
Aku tak tahu harus bagaimana
Aku seperti tidur diatas perahu kecil di tengah danau
Tanpa nahkoda dan tanpa penunjuk arah
Sudahlah, Ikuti saja alurnya
Genggam erat tanganmu bahkan lebih hangat
Ketimbang riuh nyanyian orang-orang di sudut kota
Sejenak aku teringat bahwa saat ini hujan
Tapi yang kudapati justru hangat kasihmu
Dan ketika puisi ini kutulis
Aku tersadar bahwa ini seperti sebuah lembaran usang
Yang tak lagi berarti seperti saat dicetak sejarah
Seperti baru kemarin saja ia berkilau
Biar bagaimanapun sebuah pena pernah digoreskan
Dan seribu penghapus akan tetap memberikan bekas
Dan ketika itu aku memilih menyimpan
Mungkin hingga hujan terakhir di bulan januari
Dan ketika angin berhembus di sela-sela telingamu
Saat petani mulai menyemai padi
Hingga burung pelatuk mengintip dari gubuk penuh celah
Ketahuilah, ada rinduku yang tak tersampaikan
baca juga : Puisi : pulang
Oleh : Ahmad Adifani

Hujan
Ketika langit merah melambai semu
Disusul gelapnya malam dari sisi yang lain
Dan disaat itu pula aku duduk di sisimu
Dibalut riuhnya gemericik air hujan
Aku tak tahu harus bagaimana
Aku seperti tidur diatas perahu kecil di tengah danau
Tanpa nahkoda dan tanpa penunjuk arah
Sudahlah, Ikuti saja alurnya
Genggam erat tanganmu bahkan lebih hangat
Ketimbang riuh nyanyian orang-orang di sudut kota
Sejenak aku teringat bahwa saat ini hujan
Tapi yang kudapati justru hangat kasihmu
Dan ketika puisi ini kutulis
Aku tersadar bahwa ini seperti sebuah lembaran usang
Yang tak lagi berarti seperti saat dicetak sejarah
Seperti baru kemarin saja ia berkilau
Biar bagaimanapun sebuah pena pernah digoreskan
Dan seribu penghapus akan tetap memberikan bekas
Dan ketika itu aku memilih menyimpan
Mungkin hingga hujan terakhir di bulan januari
Dan ketika angin berhembus di sela-sela telingamu
Saat petani mulai menyemai padi
Hingga burung pelatuk mengintip dari gubuk penuh celah
Ketahuilah, ada rinduku yang tak tersampaikan
baca juga : Puisi : pulang
Posting Komentar